JACKPOT89.INFO - Luka Jovic adalah salah satu pemain yang tampil cemerlang selama musim 2018-2019 silam.
Bersama Eintracht Frankfurt, pemain asal Serbia itu berhasil mencetak 27 gol di semua kompetisi dan ikut andil membawa klub ke semifinal Liga Europa.
Kecemerlangan Jovic itulah yang membuat Real Madrid kesengsem. Bermodal 60 juta euro (sekitar Rp 926 miliar), pemain yang baru berusia 22 tahun itu diboyong ke Santiago Bernabeu.
Namun, segala kecemerlangan Jovic seakan sirna di Madrid. Setelah berjalan setengah musim, Jovic baru mencetak satu gol dari 14 pertandingan yang dilakoninya.
Terakhir, ia gagal mencetak satu gol dalam empat pertandingan yang dilakoninya di Liga Spanyol.
Selama setengah musim, Jovic juga baru menjadi starter pada empat pertandingan. Penampilannya sebagai pemain inti di La Liga terjadi pada Oktober lalu.
Catatan buruk itulah yang membuat Jovic disoroti pelatih timnas Serbia, Ljubisa Tumbakovic.
Tumbakovic menilai Jovic tidak melakukan cukup banyak hal untuk meyakinkan orang-orang bahwa ia siap untuk tampil.
Akibatnya, Jovic tidak diikutsertakan dalam laga internasional timnas Serbia beberapa waktu lalu.
“Saya menjaga setiap pemain untuk mendapatkan yang terbaik dari tim nasional," kata Tumbakovic seperti dikutip Marca.
"Tidak ada masalah di antara kami. Masalah Luka Jovic adalah Luka Jovic," ucap Tumbakovic.
Jika melihat ke belakang, Jovic mungkin bukan satu-satunya pemain berbakat yang rusak setelah bergabung ke Real Madrid.
pernah merangkum 15 pemain berbakat yang rusak di Real Madrid selama dekade 2000-an dan 2010-an.
Dari 15 nama, ada beberapa nama tenar, di antaranya Michael Owen, David Beckham, Fabio Cannavaro, Wesley Sneijder, Arjen Robben, Nicolas Anelka, hingga Kaka.
Dari nama-nama tersebut, ada yang berhasil mengembalikan performanya setelah pindah ke klub lain.
Namun, tak sedikit yang gagal kembali bersinar dan harus tampil di kompetisi dengan level yang lebih rendah.
Jovic sendiri baru setengah musim di Real Madrid. Masih terlalu dini memang mengangganya gagal di Los Blancos.
Hal itulah yang diyakini Veljko Paunovic, mantan pelatih timnas U-19 Serbia yang menemukan bakat dalam diri Jovic.
Baca juga: Kaka: Masalah Saya Ketika di Madrid adalah Cedera dan Mourinho
Paunovic adalah pelatih yang menangani Jovic saat tampil di Piala Eropa U-19 tahun 2014. Ketika itu, Jovic menembus timnas U-19 saat usianya baru 16 tahun.
Absennya Karim Benzema berarti Jovic memiliki kesempatan untuk bermain di Piala Super Spanyol dan
"Saya menilai enam bulan pertama adalah waktu untuk adaptasi. Dia hanya perlu sedikit menyederhanakan perannya," kata Paunovic kepada AS.
"Apa yang telah kita lihat sejauh ini adalah versi biasa-biasa saja dari dia. Sekarang adalah saatnya untuk bangun dan mengambil kesempatan yang telah diberikan kepadanya."
"Saya percaya padanya. Ini saatnya untuk mulai mengambil keuntungan. Sudah waktunya untuk bangkit," ucapnya.
Karakter Jovic yang cenderung pendiam banyak dianggap tidak membantu proses asimilasinya di Bernabeu.
Namun, Paunovic tak sependapat mengenai hal itu.
"Dia adalah anak yang sangat tenang dan itulah yang membuatnya begitu keren di area penalti," kata dia.
"Tapi kulit domba yang dia kenakan ini sama dengan yang kita lihat di lapangan dan di dalamnya ada singa yang belum ditunjukkan kepada publik Spanyol atau penggemar Madrid."
"Saya tahu itu ada di sana dan saya sangat percaya kepadanya. Dia harus memilih kembali menjadi singa yang hidup di dalam dirinya," tutur Paunovic lagi.