jackpot89.info - Rusia sudah menjelaskan ke Ukraina jika faksinya siap untuk hentikan operasi militer "dalam waktu cepat" bila Kyiv penuhi daftar syarat.
Hal tersebut dikatakan oleh Juru Berbicara Kremlin, Dmitry Peskov pada Senin (7/3/2022).
Ia memaparkan beragam hal sebagai tuntutan Rusia pada Ukraina untuk dapat disanggupi.
Ini terhitung:
- Ukraina hentikan tindakan militer
- Mengganti konstitusinya untuk mendokumentasikan netralitas
- Mengaku Crimea sebagai daerah Rusia
- Mengaku republik separatis Donetsk dan Lugansk sebagai negara merdeka
Ini bisa saja ialah pengakuan Rusia yang paling eksplisit selama ini mengenai syarat yang ingin diaplikasikan pada Ukraina untuk hentikan apa yang dikatakannya sebagai operasi militer khusus.
Agresi Rusia ke Ukraina saat ini sudah masuk hari keduabelas.
Peskov menjelaskan ke Reuters dalam sebuah interviu telephone jika Ukraina ketahui keadaan itu.
"Dan mereka dikasih tahu jika semuanya (agresi) dapat disetop dalam waktu cepat," ungkapkan ia.
Tetapi, kata Peskov, tidak ada reaksi selekasnya dari faksi Ukraina.
Rusia dijumpai sudah serang Ukraina dari utara, timur, dan selatan, mendobrak beberapa kota terhitung Kyiv, Kharkiv, dan dermaga Mariupol.
Gempuran yang dikeluarkan semenjak Kamis (24/2/2022), sudah mengakibatkan kritis pengungsi terjelek di Eropa semenjak Perang Dunia II, memacu amarah di penjuru dunia, dan mengakibatkan ancaman berat pada Moskwa.
Tetapi, jubir Kremlin itu bersikukuh jika Rusia tidak usaha untuk membikin claim teritorial selanjutnya di Ukraina dan menjelaskan "tidak betul" jika faksinya menuntut penyerahan Kyiv.
"Kami betul-betul menuntaskan demiliterisasi Ukraina. Kami akan menyelesaikannya. Tapi yang khusus ialah Ukraina hentikan tindakan militernya. Mereka harus hentikan tindakan militer mereka dan tidak ada yang hendak tembak," ungkapkan Peskov.
Disentil berkenaan permasalahan netralitas, Peskov menjelaskan Ukraina harus harus membuat amandemen konstitusi yang mana mereka akan menampik tiap arah untuk masuk block mana saja.
"Kami sudah bicara mengenai bagaimana mereka harus mengaku jika Crimea ialah daerah Rusia dan jika mereka perlu mengaku jika Donetsk dan Lugansk ialah negara merdeka. Dan itu saja. Itu (agresi) akan stop sesaat lagi," lebih ia.
Perbincangan baru
Garis besar tuntutan Rusia tiba saat delegasi dari Rusia dan Ukraina siap-siap berjumpa pada Senin ini, untuk perbincangan perputaran ke-3 yang mempunyai tujuan akhiri perang Rusia menantang Ukraina.
Ini diawali selekasnya sesudah Presiden Rusia Vladimir Putin mengaku dua daerah yang pisahkan diri di Ukraina timur, di mana separatis yang disokong Rusia sudah melawan pasukan pemerintahan Ukraina semenjak 2014, sebagai daerah mandiri. Perlakuan ini sudah dikritik sebagai ilegal oleh Barat.
"Ini bukanlah kami yang merampas Lugansk dan Donetsk dari Ukraina. Donetsk dan Lugansk tidak mau jadi sisi dari Ukraina. Tetapi, itu tak berarti mereka harus dihancurkan sebagai hasilnya," kata Peskov.
"Selebihnya. Ukraina ialah negara merdeka yang hendak hidup sama seperti yang diinginnya, namun pada keadaan netralitas," tutur ia.
Peskov menjelaskan semua tuntutan sudah dirumuskan dan diberikan sepanjang dua perputaran pertama perbincangan di antara delegasi Rusia dan Ukraina, yang berjalan minggu kemarin.
"Kami mengharap semuanya akan berjalan dengan baik dan mereka akan bereaksi secara sama sesuai," kata Peskov.
Ia sampaikan, Rusia sudah dipaksakan untuk ambil perlakuan tegas untuk memaksakan demiliterisasi Ukraina, dibanding cuman mengaku kemerdekaan wilayah yang pisahkan diri.
Pevkov menyebutkan usaha ini mempunyai tujuan membuat perlindungan tiga juta warga berbahasa Rusia di republik-republik itu, yang ucapnya sedang diintimidasi oleh 100.000 tentara Ukraina.
"Kami tidak dapat demikian saja mengenal mereka. Apa yang hendak kami kerjakan secara 100.000 tentara yang berdiri di tepian Donetsk dan Lugansk yang bisa serang kapan pun. Mereka selalu bawa senjata AS dan Inggris," ucapnya.
Mendekati agresi Rusia, Ukraina berkali-kali dan dengan tegas menentang pengakuan Moskwa jika faksinya akan lakukan gempuran untuk merampas kembali daerah separatis dengan paksakan.
Peskov menjelaskan keadaan di Ukraina sudah memunculkan teror yang lebih besar untuk keamanan Rusia dibanding yang terjadi di tahun 2014, saat Rusia sudah kumpulkan 150.000 tentara di perbatasannya dengan Ukraina, memacu kekuatiran akan agresi Rusia, tapi batasi perbuatannya pada pencaplokan daerah Crimea.
"Semenjak itu kondisinya lebih buruk untuk kami. Pada 2014, mereka mulai menyuplai senjata ke Ukraina dan menyiapkan tentara untuk NATO, membawa sesuai standard NATO," ucapnya.
"Pada akhirannya sebagai kesetimbangan ialah kehidupan tiga juta orang di Donbass ini. Kami pahami jika mereka akan terserang," ungkapkan Peskov.
Peskov menjelaskan Rusia harus juga melakukan tindakan dalam hadapi teror yang dirasanya dari NATO, dengan menjelaskan itu "cuman permasalahan waktu" saat sebelum koalisi itu tempatkan rudal di Ukraina sama seperti yang terjadi di Polandia dan Rumania.
"Kami baru pahami jika kami tidak kuat sama ini kembali. Kami harus melakukan tindakan," ungkapkan ia.