jackpot89.info - Wangi biji kopi menyebar wewangian ciri khas di salah satunya pojok ruangan rumah punya Erika di Kota Palangka Raya, Kalimantan tengah.
Terlihat Erika sedang menggongseng biji kopi opsi yang dia peroleh dari beberapa masyarakat di beberapa dusun di Kabupaten Pulang Pisau dan sekelilingnya.
Erika ialah seorang aktor usaha rasio micro di Palangkaraya lewat produk olahan berbentuk kopi ciri khas wilayah.
Kopi sebagai salah satunya komoditi prospektif di Kalimantan tengah dan sekarang mulai dilirik untuk diproses, dan ditawarkan di beberapa tempat.
Kopi ciri khas Kalimantan tengah, atau yang umum disebutkan ciri khas Dayak, dipandang mempunyai cita-rasa tertentu saat dihidangkan.
Hidangan kopi yang diproses dan dipadankan dengan macam rempah, memberikan kepuasan berlainan dari kopi yang dari wilayah lain.
"Saat menyesap kopi ini, memberi cita-rasa berlainan yang seolah bawa kita ke masa lampau," sebut Erika.
Komoditi kopi asal Kalimantan tengah memanglah belum demikian dikenali bila dibanding kopi wilayah lain di Indonesia, seperti kopi Gayo dari Aceh, kopi Toraja, atau kopi Sidikalang.
Tetapi kenyataannya, kopi ciri khas Kalimantan tengah ini selainnya mempunyai wewangian wangi yang menarik, memberikan masa lalu manis dari enaknya rasa pahit yang dihidangkan.
Erika akui usaha kopi yang dia tekuni sekarang ini bermula dari ketidaksengajaan, yaitu kangen nikmati kopi olahan si nenek di periode kecilnya.
Dengan modal kangen yang dalam, dia putuskan coba memproses kopi sendiri seperti yang sempat dihidangkan si nenek.
Erika mulai mengambil langkah, kumpulkan beragam bahan yang dibutuhkan, intinya kopi opsi dengan cari ke beragam kenalannya sampai beberapa pasar di daerah di tempat.
Saat terkumpul, dia juga coba memproses sendiri biji kopi tipe liberika yang didapatkan secara tradisionil, salah satunya dimulai dari menyortir, membersihkan, menggongseng, menggerus, dan jadi bubuk kopi hitam yang siap diseduh sama air panas.
Sampai pada akhirannya cita-rasa di periode lalu juga sukses dia temui dan menyembuhkan keinginan kangen yang dipunyai.
"Sesudah senang nikmati kopi dan bernostalgia, saya juga memiliki inisiatif memberinya ke beberapa famili," katanya.
Kenyataannya, ide darinya ini mendapatkan tanggapan positif dari beberapa famili. Sesudah usai nikmati kopi, mereka selanjutnya menggerakkan dianya untuk mengawali usaha membuat kopi.
Apa lagi trend usaha kopi dalam beberapa saat paling akhir terus alami kenaikan, hingga usaha ini dipandang menjadi satu diantara kesempatan yang sayang untuk dilewati.
"Saya tertarik juga, dan pada akhirnya menguatkan diri untuk mengawali usaha kopi ini," tegasnya.
Bak gayung bersambut, warga atau customer memberikan tanggapan positif dari pemasaran kopi punya Erika yang mempunyai merek dagang Kopi Ciri khas Dayak Palangka Raya Erikano.
Tetapi yang cukup mencengangkan, kopi olahan punya Erika ini terlebih dulu dikenali oleh warga di sejumlah wilayah di luar Kalimantan tengah, seperti Jakarta, Bandung sampai Semarang.
Karena ia lebih terus-menerus pasarkan produknya ke luar wilayah manfaatkan beberapa famili dan teman dekat yang menetap di beberapa wilayah itu.
Kesempatan ini juga dia gunakan dan terus menjaga, sampai kopi kepunyaannya makin dikenali oleh warga dari beragam kelompok dan wilayah. Sambil promo dagang terus dia maksimalkan.
Perlahan-lahan tetapi tentu, karena usaha yang Erika kerjakan, kopi olahannya mulai dikenali di Palangka Raya atau beragam wilayah di Kalimantan tengah, dan makin banyak memiliki konsumen setia.
Sekarang Erika akui semakin banyak konsumen setia yang mengontak maupun menghampirinya langsung, bila ingin beli kopi itu.
Rerata pada sebuah bulan, faksinya menggerus di antara 10-15 kg biji kopi yang hasilkan sampai 100 buntel. Dan umumnya semua produk yang dibuat terjual habis.
Sekarang ini kopi punya Erika ada dalam dua paket, yaitu 50 gr pada harga Rp10 ribu dan paket 150 g pada harga Rp25 ribu.
Luar biasanya, dari upayanya ini telah sanggup ikut sediakan lapangan pekerjaan. Minimal dalam tiap aktivitas produksi, Erika mengikutsertakan sekitaran 3 orang selainnya dianya untuk memproses biji kopi jadi sebuah produk yang siap ditawarkan.
Bidang usaha micro, kecil dan menengah (UMKM) selama saat wabah Covid-19 sebagai salah satunya yang paling terimbas, karena berkurangnya daya membeli warga maupun lemasnya ekonomi.
Bahkan juga ada beberapa UMKM mau tak mau istirahat sementara, hingga tidak lakukan produksi atau jual produk yang dipunyai. Ada juga UMKM yang pilih pindah produksi sesuaikan keperluan pasar.
Dan pada keadaan ini, rupanya Erika harus juga rasakan imbas dari wabah. Dia akui usaha yang digerakkannya sempat terimbas pada awal wabah.
Hal tersebut disebabkan limitasi kegiatan atau arus transportasi, hingga dianya alami kesusahan pasarkan produk kopinya.
"Awalnya periode wabah saya sempat stop berproduksi, nyaris 2 bulan lama waktunya," terangnya.
Namun Erika tidak putus asa dan masih tetap bersabar hadapi keadaan itu. Dia masih tetap bertahan walau memilih tidak lakukan produksi beberapa waktu, sambil mengawasi perubahan yang terjadi.
Keadaan yang susah sanggup ditemui dengan penuh kesabaran. Sampai pada akhirnya setelah nyaris 2 bulan, Erika putuskan kembali berproduksi dan membuat kopi olahan kepunyaannya untuk ditawarkan kembali.
"Saat keadaannya telah lebih memungkinkannya saat itu, pada akhirnya saya putuskan kembali lakukan produksi," jelasnya.
Kenyataannya, Erika akui, produk kopi olahan kepunyaannya terlihat mempunyai ruangan yang lumayan baik di kelompok masyarakat pencinta kopi terutamanya beberapa konsumen setia.
Bila pada sebuah bulan saat sebelum periode wabah rerata dia sanggup jual sampai 100 buntel lebih, saat wabah dia pernah jual sampai 120 buntel.
Perolehan itu menunjukkan kopi olahan Erika sanggup bertahan, tetap ditawarkan dan berkembang walau di tengah-tengah wabah sekalinya.
Tetapi semuanya tidak dapat dia raih cukup dengan diam diri saja. Erika akui giat pasarkan produknya memakai sosial media, dan berperan serta dalam beragam aktivitas yang memberikan kesempatan pasarkan kopi olahannya.
"Saya aktif dalam beragam aktivitas untuk pasarkan Kopi Erikano. Makin optimal usaha marketingnya, karena itu kesempatan makin dikenalinya produk saya makin besar," tuturnya.
Erika juga percaya diri di depan produk kopi olahannya akan makin maju dan berkembang, dan lebih terkenal oleh warga. Dia memandang komoditi kopi dari Kalimantan tengah bila diperkembangkan dengan maksimal, tidak akan kalah berkompetisi dengan kopi-kopi dari wilayah yang lain.