5 Langkah Check Hoaks, Tidak boleh Sampai Termakan!

Jakarta - Hoaks telah ada semenjak jaman dahulu, tapi ramainya internet membuat informasi palsu semakin terus-menerus menyebar untuk kebutuhan tertentu. Berdasar info dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), telah ada 1.808 hoax sekitar COVID-19 sejak wabah. Itu baru COVID-19, belum juga hoaks politik dan sebagainya.

Terkadang cukup susah memeriksa apa informasi tertentu ialah hoax ataulah bukan. Supaya kamu tidak menjadi satu diantara orang yang termakan informasi hoaks telah meringkas 5 langkah memeriksa hoaks.

1. Check bukti ke situs basmi hoaks

Ada beberapa website yang sediakan info yang dapat dilihat kebenarannya. Kominfo dan Turn Back Hoaks ialah misalnya. Beberapa media memberi informasi yang khusus mengulas 'hoax or not' terhitung detikcom sendiri.

Untuk informasi internasional, juga bisa mengawasi dari PolitiFact.com, Hoaks Slayer, atau Snopes.com. Mereka ialah website yang mengecek apa sebuah informasi itu betul atau palsu.

Kamu bisa juga manfaatkan feature Google News untuk ketahui adakah situs informasi yang dapat memverifikasi kebenaran info yang kamu peroleh.


2. Check photo ke Google Gambar dan waktu tampil

Google sangat memudahkan kita untuk mencari photo yang didapat dengan 'Search Image'. Kamu dapat memakainya untuk ketahui apa photo itu memang asli atau diberi cerita yang membawa saat pesan broadcast kamu peroleh?

Disamping itu, check apa saat info itu tampil masih berkaitan dengan keadaan saat ini atau mungkin tidak. Karena beberapa hal yang berkembang seiring waktu berjalan hingga terkadang info yang lama tidak bisa menjadi dasar.


3. Check pembicaranya

Integritas dari satu informasi atau info yang kita terima harus ditegaskan datang dari sumber yang pakarnya hingga dapat dipertanggungjawabkan. Saat pesan berantai bawa nama seorang pembicara, bila memungkinkannya, kerjakan verifikasi ke orang yang bernama dicatut.

Bila sangsi, coba mencari apa ada sumber yang lain mengatakan nama pembicara itu berisi yang serupa? Apa ada informasi yang lain bawa-bawa nama si pembicara?


4. Berhati-hati judul provokatif

Telah seperti uniknya informasi hoaks dengan memberi judul provokatif dan bawa embel-embel bau peka atau bahkan juga SARA. Apa lagi jika telah banyak pertanda hebat atau pertanda tanyanya, aduh seharusnya dilihat kembali dech!

Hoaks memang menyengaja dibikin seprovokatif kemungkinan untuk menghidupkan segi emosional penerimanya hingga lebih gampang termakan. Saat memperoleh pesan, sisi otak yang disebutkan amygdala lebih dahulu yang menyaringnya lalu akan tentukan apa pesan itu dia percayai atau mungkin tidak. Amygdala ialah sisi otak yang berperan dalam mengurus rasa kuatir, takut dan emosi yang lain.


5. Siapakah yang tebar?

Siapakah yang membagi pesan yang kamu terima sekarang ini benar-benar memengaruhi berapa integritas info itu. Bila memang menyangsikan, coba tanya pada sang pengirim darimanakah info yang ia peroleh. Bisa saja, ia termasuk juga orang yang terkena perangkap hoaks.