Emak-emak Trending Bayar SPP Sampai KPR dengan Upah Rp 2,7 Juta, Apa Masuk Akal?

 

Pekalongan - Awalnya tersebar trending cerita emak-emak yang menguraikan rencana pengeluarannya dengan upah dianya dan suami sekitaran Rp 2,tujuh juta tiap bulan. Dalam uploadnya, dia dapat bayar makanan setiap hari, angsuran KPR sampai SPP anak. Cukup banyak warganet yang sangsi dengan hal itu. Apakah benar dengan upah Rp 2,tujuh juta dapat bayar seluruh keperluan rumah tangga? Ini respon perencana keuangan.

Ialah wanita namanya Feti Iraningsih yang trending sesudah membuat upload Instagramnya @feti_ira36 mengenai perincian pengeluarannya tiap bulan. Uploadnya jadi trending karena ia dapat bayar seluruh keperluan rumah tangga terhitung makan, SPP sampai angsuran KPR dengan upah dianya dan suami yang cuman Rp 2,tujuh juta tiap bulannya.

"Assalamualaikum wr wb. Selamat malam manteman online. Terima gaji telah cair nih. Waktunya buat corat coret pengeluaran. Jika mengulas masalah keuangan memang kontra dan pro ya. Tetapi di sini saya hanya usaha untuk share narasi saya saja," catat @feti_ira36.


Dalam uploadnya Ira menulis pengeluaran wajibnya tiap bulan salah satunya, cicilan KPR, listrik, SPP anak, paket dan sebagainya yang keseluruhannya Rp 1,55 juta. Keperluan harus yang lain ialah beli beras, gas, berbelanja bulanan, berbelanja mingguan, peralatan anak yang keseluruhannya Rp 790 ribu.

Dan ada pula pengeluaran untuk keperluan jajan anak dan bensin. Dari beragam pengeluaran itu, Feti bisa tersisa uang Rp170 ribu untuk sedekah, dana genting, dan yang lain. Click DI SINI untuk membaca pembicaraan Ira.


Posting Emak-emak Pekalongan Tuai Pro Melawan

Menyikapi cerita Ira itu, perencana keuangan independenBareynMochaddin, S.Sy., M.H.,RPP®,RIFA®, menjelaskan logis atau tidak sebetulnya hanya permasalahan pemikiran. Bila kamu menyaksikan dari pemikiran kehidupan di Jakarta atau beberapa kota besar lain, kemungkinan upah Rp 2,tujuh juta yang diutarakan Ira itu tidak cukup. Sementara yang Ira buat sebagai penghitungan untuk hidup di Pekalongan, Jawa tengah.

"Hingga, bila pertanyaannya ialah, 'apakah posting itu logis?', karena itu jawabnya bisa saja logis. Angsuran KPR /bulan Rp 850 ribu itu kemungkinan kok. Bila sekarang ini tempat tinggalnya sebesar Rp 120 juta dengan DP 20% dan angsuran sepanjang 20 tahun," detil Bareyn.

"Atau, Ibu @feti_ira ini mulai mencicil lama, dan waktu pertama menyicil ia mendapatkan harga rumah yang cukup dapat dijangkau dan angsurannya juga tidak besar," sambungnya.

Lalu, untuk keperluan yang lain memiliki sifat relatif. Menurut Bareyn nilai barang tiap wilayah di Indonesia dapat berlainan. Pasti, ongkos keperluan primer, ongkos sekolah, dan ongkos yang lain di Pekalongan berlainan dengan wilayah yang lain.

"Hingga, di kehidupan keuangan, perlulah kamu mengetahui di mana kamu tinggal dan bagaimana kekuatanmu. Supaya kamu sanggup mengurus keuangan secara baik dan sesuaikan pola hidup kamu," anjuran Bareyn.

Diakhir pembicaraan, Bareyn memberi panduan rencana keuangan untuk ibu rumah-tangga yang lain. Panduan ini supaya seluruh keperluan rumah tangga dapat ditata secara baik:

  1. Saat sebelum berbelanja, buat dahulu gagasan berbelanja bulanan. Samakan gagasan berbelanja yang dibikin dengan pendapatan yang didapat.

  2. Sesudah membuat gagasan berbelanja bulanan, punyai catatan atas pengeluaran untuk menyaksikan apa pengeluaran yang kamu kerjakan telah sama sesuai gagasan?

  3. Tetapkan yang mana fokus dan yang mana bukan terhitung fokus dalam pengeluaran bulanan.

  4. Selalu distribusikan dana untuk menabung dan melakukan investasi, pinggirkan pada awal dan tidak boleh menanti tersisa.

  5.  Samakan pola hidup dengan pendapatan yang didapat, misalnya, untuk berlibur tak perlu ke luar kota atau ke luar negeri bila tidak ada uangnya. Dapat tentukan taman selingan dalam kota untuk melepaskan capek dan bergembira ria dengan keluarga.

"Disamping itu, dari pendapatan yang didapat tiap bulan, distribusikan untuk dana genting. Tidak boleh berutang untuk suatu hal yang konsumtif, punyai asuransi kesehatan minimal BPJS Kesehatan dan asuransi jiwa untuk kepala keluarga," ujarnya.